mungkin benar katamu, aku bodoh.
cerobohnya aku mengatakan rinduku yang besar padamu tanpa pikir panjang.
lalu dengan mudahnya aku lontarkan kata-kata menyakitkan padanya.
tapi tetap, tanpa sesal ku berhati lega.
sudah bodoh, tak ingin rugi dan disalahkan pula..
gila.
dan kemudian,
entah aku yang berlebihan atau bagaimana,
aku bahagia.
tapi juga sesak yang kurasa..
smuanya jelas, tapi tetap sakit yang kamu rasa.
niatmu makin bulat, meninggalkan aku tanpa kesan sama sekali.
belajar membenciku dan membuatku membenci kamu.
berharap tak saling bertatap muka,
sekalipun kamu tahu ada saja hal yang bisa membuatnya terjadi.
sekali lagi mungkin benar katamu, aku bodoh.
dengan polosnya aku berkata aku menangis, tak inginkan smua terjadi.
tanpa introspeksi diri.
tanpa timbal balik.
lalu hujan turun.
terima kasih Tuhaaaaan, aku bersyukur.
kali ini ku katakan, berhentilah.
beri aku waktu bernafas sejenak, menangis dengan hujan.
tenang dengan derasnya air dan dinginnya sore.
tiba-tiba celetukmu timbulkan amarahku.
"dasar bodoh, sangat amat bodoh menyakiti diri sendiri seperti itu. hentikan niatmu."
tanpa pikir panjangpun ku katakan kamu yang bodoh.
tak membiarkan aku hilangkan sakit karena kamu.
dan dengan teganya menanamkan sakit demi sakit yang tak terhingga.
mataku sembab,
tapi kali ini aku bahagia.
yaa, setidaknya smua tubuhku basah karena tetes-tetes air itu.
yang tak sperti biasanya terasa di pipi saja.
selalu, hujan yang bisa tenangkan aku karena kamu.
layaknya hujan dapat lunturkan keruh pikir dan benakku karena sakit.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jumat, 03 Juni 2011
karena hujan
mungkin benar katamu, aku bodoh.
cerobohnya aku mengatakan rinduku yang besar padamu tanpa pikir panjang.
lalu dengan mudahnya aku lontarkan kata-kata menyakitkan padanya.
tapi tetap, tanpa sesal ku berhati lega.
sudah bodoh, tak ingin rugi dan disalahkan pula..
gila.
dan kemudian,
entah aku yang berlebihan atau bagaimana,
aku bahagia.
tapi juga sesak yang kurasa..
smuanya jelas, tapi tetap sakit yang kamu rasa.
niatmu makin bulat, meninggalkan aku tanpa kesan sama sekali.
belajar membenciku dan membuatku membenci kamu.
berharap tak saling bertatap muka,
sekalipun kamu tahu ada saja hal yang bisa membuatnya terjadi.
sekali lagi mungkin benar katamu, aku bodoh.
dengan polosnya aku berkata aku menangis, tak inginkan smua terjadi.
tanpa introspeksi diri.
tanpa timbal balik.
lalu hujan turun.
terima kasih Tuhaaaaan, aku bersyukur.
kali ini ku katakan, berhentilah.
beri aku waktu bernafas sejenak, menangis dengan hujan.
tenang dengan derasnya air dan dinginnya sore.
tiba-tiba celetukmu timbulkan amarahku.
"dasar bodoh, sangat amat bodoh menyakiti diri sendiri seperti itu. hentikan niatmu."
tanpa pikir panjangpun ku katakan kamu yang bodoh.
tak membiarkan aku hilangkan sakit karena kamu.
dan dengan teganya menanamkan sakit demi sakit yang tak terhingga.
mataku sembab,
tapi kali ini aku bahagia.
yaa, setidaknya smua tubuhku basah karena tetes-tetes air itu.
yang tak sperti biasanya terasa di pipi saja.
selalu, hujan yang bisa tenangkan aku karena kamu.
layaknya hujan dapat lunturkan keruh pikir dan benakku karena sakit.
cerobohnya aku mengatakan rinduku yang besar padamu tanpa pikir panjang.
lalu dengan mudahnya aku lontarkan kata-kata menyakitkan padanya.
tapi tetap, tanpa sesal ku berhati lega.
sudah bodoh, tak ingin rugi dan disalahkan pula..
gila.
dan kemudian,
entah aku yang berlebihan atau bagaimana,
aku bahagia.
tapi juga sesak yang kurasa..
smuanya jelas, tapi tetap sakit yang kamu rasa.
niatmu makin bulat, meninggalkan aku tanpa kesan sama sekali.
belajar membenciku dan membuatku membenci kamu.
berharap tak saling bertatap muka,
sekalipun kamu tahu ada saja hal yang bisa membuatnya terjadi.
sekali lagi mungkin benar katamu, aku bodoh.
dengan polosnya aku berkata aku menangis, tak inginkan smua terjadi.
tanpa introspeksi diri.
tanpa timbal balik.
lalu hujan turun.
terima kasih Tuhaaaaan, aku bersyukur.
kali ini ku katakan, berhentilah.
beri aku waktu bernafas sejenak, menangis dengan hujan.
tenang dengan derasnya air dan dinginnya sore.
tiba-tiba celetukmu timbulkan amarahku.
"dasar bodoh, sangat amat bodoh menyakiti diri sendiri seperti itu. hentikan niatmu."
tanpa pikir panjangpun ku katakan kamu yang bodoh.
tak membiarkan aku hilangkan sakit karena kamu.
dan dengan teganya menanamkan sakit demi sakit yang tak terhingga.
mataku sembab,
tapi kali ini aku bahagia.
yaa, setidaknya smua tubuhku basah karena tetes-tetes air itu.
yang tak sperti biasanya terasa di pipi saja.
selalu, hujan yang bisa tenangkan aku karena kamu.
layaknya hujan dapat lunturkan keruh pikir dan benakku karena sakit.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar