Pages

Senin, 08 Agustus 2011

:'(

entah mengapa, ada hal yang menahan tangisku membanjir. sakit, menyesakkan, namun sebenarnya melegakan. setidaknya aku bisa menahan emosi, walau yaaa sakitnya minta ampun.
--
pandanganku tetap terpaku pada sebuah benda di depanku, yang setia menemani tumpahan rasa kegusaranku. sedang sesekali aku mengharap getar, atau mengalihkan pandanganku pada sebuah ponsel yang sedari tadi berada di sampingku dengan setia.  namun sepi, tak ada satupun sms darimu. mencoba mengasyikkan diri merangkaikan kata demi kata, air matapun jatuh. berhenti semuanya, tergeletak lemas. batinku menjerit kesakitan, bom atom pun meledak tanpa kendali.
otakku beradu dengan nurani, dengan batin, dengan memori kesakitan yang masih ku ingat jelas.
"sudah..", batinku sabar. "mungkin aku belum terbiasa, gak semua orang sifatnya akan stagnan.."

beberapa hari kemudian, fisikku sudah tak kuat menahan sakit. memaksakan diri untuk puasa, memaksakan diri untuk "kuat". sending.. ya, aku mengirim pesan ketidaksabaranku atas sikapmu. namun apa? lagi lagi aku dihantam kata kata ajaib. serentak semua berhenti, tanpa di komandopun air mata berurai dengan cepat. hmm, sabar sisil..
--
aku pengen kamu peka, temenmu pun yang tau gimana kamu aja protes tentang sikapmu ke aku. sadar dong sayang.. :(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 08 Agustus 2011

:'(

entah mengapa, ada hal yang menahan tangisku membanjir. sakit, menyesakkan, namun sebenarnya melegakan. setidaknya aku bisa menahan emosi, walau yaaa sakitnya minta ampun.
--
pandanganku tetap terpaku pada sebuah benda di depanku, yang setia menemani tumpahan rasa kegusaranku. sedang sesekali aku mengharap getar, atau mengalihkan pandanganku pada sebuah ponsel yang sedari tadi berada di sampingku dengan setia.  namun sepi, tak ada satupun sms darimu. mencoba mengasyikkan diri merangkaikan kata demi kata, air matapun jatuh. berhenti semuanya, tergeletak lemas. batinku menjerit kesakitan, bom atom pun meledak tanpa kendali.
otakku beradu dengan nurani, dengan batin, dengan memori kesakitan yang masih ku ingat jelas.
"sudah..", batinku sabar. "mungkin aku belum terbiasa, gak semua orang sifatnya akan stagnan.."

beberapa hari kemudian, fisikku sudah tak kuat menahan sakit. memaksakan diri untuk puasa, memaksakan diri untuk "kuat". sending.. ya, aku mengirim pesan ketidaksabaranku atas sikapmu. namun apa? lagi lagi aku dihantam kata kata ajaib. serentak semua berhenti, tanpa di komandopun air mata berurai dengan cepat. hmm, sabar sisil..
--
aku pengen kamu peka, temenmu pun yang tau gimana kamu aja protes tentang sikapmu ke aku. sadar dong sayang.. :(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.